Siapa yang menyangka jika seorang mahasiswa kere kini menjelma menjadi sumber inspirasi bagi masyarakat luas atas kesuksesannya yang luar biasa? Di usianya yang masih muda, Merry Riana telah merasakan sukses baik dari segi finansial maupun sosial.
Kesuksesan yang diraih Merry tidak datang begitu saja. Perjuangan gigih dilakukan ibu dua anak itu walaupun berada di negeri orang. Keteguhan tekad dan kerja keras yang dijalaninya pun terbayar dengan uang USD1 juta yang diraih ketika berusia 26 tahun.
Namun, untuk mewujudkan mimpi tersebut, wanita yang akrab disapa Miss Merry itu juga pernah mendapat tentangan dari orangtua. Namun, setelah melakukan penawaran, Merry pun mendapat restu.
"Dulu orangtua saya tidak setuju. Lalu saya minta limit tiga bulan. Kalau tidak berhasil, saya akan mengikuti apapun keinginan orangtua tapi kalau berhasil jadi pembuktian saya bagi orangtua. Dan itu mampu saya buktikan baik bagi diri sendiri maupun orangtua," papar Merry saat peluncuran buku Follow @Merryriana di Gramedia Central Park, akhir pekan ini.
Keberanian Merry mengejar mimpi mengharuskannya berada di luar zona nyaman. Keputusan itu diambilnya berdasarkan keinginan untuk terus berkembang. Sebab, berada di zona nyaman membuat segala hal mudah ditebak.
"Sadari dampak terus berada di zona nyaman. Karena menurut saya, tidak ada pertumbuhan dalam zona nyaman, sementara saat hidup kita harus selalu bertumbuh," ungkapnya.
Saat memulai usahanya di Singapura, kala itu Merry harus terjun sendiri ke lapangan demi membagi-bagikan brosur. Pengalaman ditolak dan dicemooh orang tidak membuatnya berhenti untuk terus bekerja dengan keras.
"Saya punya prinsip, kerja bukan untuk gengsi dan gaya. Saya kerja untuk berjuang demi mimpi saya. Selama halal dan baik, saya kerjakan sepenuh hati saya. Saat gagal, kekuatan mental diuji dan saat sukses kerendahan hati kita yang diuji," urai motivator nomor satu di Asia itu.
Keinginan Merry untuk hidup mapan sebelum usia 30 tahun sudah tercapai. Lantas apa sebenarnya mimpi besar lain yang belum diraih? Apa alasan Merry kembali ke Tanah Air sementara kehidupannya sudah berkecukupan.
Jawabannya sederhana, wanita kelahiran Jakarta, 30 Mei 1980 itu hanya ingin berbagi. "Nyaman adalah kata yang tepat untuk mendeskripsikan kehidupan saya di Singapura. Ini semua berawal dari sebuah mimpi, yakni ingin mapan sebelum umur 30 tahun. Karena hidup sudah enak, semangat kendur. Di usia 30 tahun, saya pun punya mimpi ingin memberikan semangat positif kepada satu juta orang Indonesia," kata Merry.
Jebolan Nanyang Technological University (NTU) itu tidak pernah bercita-cita dan diakui sebagai seorang motivator atau inspirator. Selama ini, dia mengaku hanya ingin berbagi pengalaman hidupnya. Merry percaya, jika dia bisa melewati masa sulitnya dulu, maka orang lain pun bisa.
"Perasaan tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Awalnya hanya aspirasi jadi inspirasi dan kemudian dapat apresiasi. Berbuat sesuatu tidak harus sesuatu yang besar. Sekecil apapun langkah Anda, akan membawa Anda dalam perubahan. Perubahan itu akan menjadikan pribadi yang lebih baik setiap harinya," imbuhnya.
Meski demikian, sebagai seorang manusia biasa, Merry mengaku juga pernah mengalami suatu titik jenuh. Ketika keadaan itu datang, catatan mimpi dan ingkungan berisi orang-orang yang mendukung menjadi obat untuk kembali bersemangat.
Terakhir, Merry berpesan agar setiap orang tidak takut untuk melakukan perubahan. Tidak harus dalam skala besar tapi bisa dilakukan dalam bentuk yang sederhana. "Jika belum bisa melakukan hal besar, lakukan hal kecil dengan jiwa yang besar," tutup Merry.
Saat usianya menginjak 20 tahun, Merry Riana (31) punya mimpi. Dia ingin sebelum berusia 30 tahun sudah mendapatkan ”kebebasan” finansial.
Mimpi itu terwujud. Hanya setahun setelah dia bekerja, tepatnya di usia 23 tahun, Merry sudah berpenghasilan 220.000 dollar Singapura. Kira-kira sekitar Rp 1,5 miliar dengan nilai tukar saat ini. Setahun berikutnya, yaitu pada tahun 2004, dia mendirikan perusahaan Merry Riana Organization (MRO). Dua tahun berikutnya di usia 26 tahun, penghasilan totalnya mencapai 1 juta dollar Singapura -sekitar Rp 7 miliar.
Popularitas Merry melesat. Dia banyak diberitakan media massa di Singapura sebagai miliarder di usia muda. Lho, Singapura?
Meski lahir di Jakarta dari orangtua yang warga Indonesia, Merry mengawali karier sebagai konsultan keuangan, pengusaha, dan menjadi motivator di Singapura. Sejak lulus SMA, anak pertama dari tiga bersaudara ini ”mengungsi” ke Negeri Singa.
Ketika bertemu di Central Park, Jakarta, Minggu (10/7/2011)lalu, beberapa jam sebelum kembali ke Singapura, Merry bercerita sambil mengingat kembali perjalanan hidupnya. Pekan lalu, selama tiga hari, Merry ada di Indonesia untuk menjadi pembicara atas undangan sebuah perusahaan di Semarang, Jawa Tengah.
”Ya, sudah lama juga saya di Singapura. Meski rencana kembali ke Indonesia belum terlaksana, setidaknya pada tahun ini saya lebih sering datang ke Indonesia karena lebih banyak kegiatan yang dilaksanakan di sini,” kata Merry.
Kerusuhan 1998
Perjalanan hidup Merry di Singapura berawal ketika terjadi kerusuhan besar di Jakarta tahun 1998. Cita-cita untuk kuliah di Jurusan Teknik Elektro Universitas Trisakti buyar karena kejadian tersebut. Orangtua Merry kemudian memutuskan mengirimkan putrinya ke Singapura dengan alasan keselamatan.
”Waktu itu rasanya seperti ada dalam film perang. Saya diminta pergi agar saya selamat,” kata Merry merasakan kesedihan yang terjadi 13 tahun lalu.
Tanpa persiapan yang memadai untuk kuliah di luar negeri, Merry sempat gagal dalam tes bahasa Inggris di Nanyang Technological University. Tanpa persiapan bekal dana yang memadai pula, Merry meminjam dana dari Pemerintah Singapura. Tak hanya untuk biaya kuliah, tetapi juga untuk hidup sehari-hari. ”Utang saya totalnya 40.000 dollar Singapura,” kata Merry.
Dengan uang saku hanya 10 dollar per minggu, hidupnya harus superhemat. Untuk makan, misalnya, Merry lebih sering makan roti atau mi instan, atau bahkan berpuasa.
Ketika menyadari hidupnya tak berubah meski sudah memasuki tahun kedua kuliah, Merry mulai membangun mimpi. ”Saya membuat resolusi ketika ulang tahun ke-20. Saya harus punya kebebasan finansial sebelum usia 30. Dengan kata lain, harus jadi orang sukses. The lowest point in my life membuat saya ingin mewujudkan mimpi tersebut,” ujar Merry.
Meski sudah ada mimpi dan didukung semangat, Merry belum menentukan cara mewujudkannya. Pikirannya baru terbuka setelah magang di perusahaan produsen semikonduktor.
Dari pengalaman ini, Merry melakukan hitung-hitungan, seandainya dia menjadi karyawan perusahaan seusai kuliah. ”Dari perhitungan tersebut, ternyata saya baru bisa melunasi utang dalam waktu 10 tahun, tanpa tabungan. Kalau begitu caranya, mimpi saya tak akan terwujud,” kata Merry yang akhirnya memutuskan memilih jalan berwirausaha untuk mencapai mimpinya.
Karena tak punya latar belakang pendidikan dan pengalaman bisnis, Merry mengumpulkan informasi dengan mengikuti berbagai seminar dan melibatkan diri dalam organisasi kemahasiswaan yang berhubungan dengan dunia bisnis. Merry juga mencoba praktik dengan terjun ke multi level marketing meski akhirnya rugi 200 dollar.
Merry bahkan pernah kehilangan 10.000 dollar ketika memutar uangnya di bisnis saham. Mentalnya sempat jatuh meski dalam kondisi tersebut masih bisa menyelesaikan kuliah.
Tamat kuliah, barulah Merry mempersiapkan diri dengan matang. Belajar dari pengalaman para pengusaha sukses, dia memulai dari sektor penjualan di bidang jasa keuangan. Kerja kerasnya menjual berbagai produk keuangan, seperti tabungan, asuransi, dan kartu kredit, hingga 14 jam sehari mulai membuahkan hasil. Dalam waktu enam bulan setelah bekerja, Merry bisa melunasi utang pada Pemerintah Singapura. Tunai!
Kesuksesan lain pun datang. Karena kinerjanya, Merry bisa membentuk tim sendiri hingga akhirnya mendirikan MRO. Dengan penghasilan total 1 juta dollar Singapura di usia 26 tahun, ambisi Merry saat berusia 20 tahun terwujud.
Berbagi
Namun, seiring usia yang kian dewasa, menghasilkan uang hingga jutaan dollar bukan menjadi satu-satunya tujuan hidup Merry. Pengagum Oprah Winfrey ini lebih menikmati hidup ketika orang lain memperoleh kesuksesan seperti dia.
Pengalaman meraih sukses dibagikan kepada orang lain dengan berbagai cara, seperti menjadi pembicara di seminar, perusahaan, sekolah, serta melalui media seperti jejaring sosial, media massa, dan menulis buku.
Bersama timnya di MRO, Merry memiliki program pemberdayaan perempuan dan anak-anak muda. Anggota timnya di lembaga ini bahkan tergolong muda, berusia 20-30 tahun. ”Saya ingin menampung orang muda yang punya ambisi dan semangat seperti saya,” katanya.
Keinginannya untuk berbagi ini tak hanya dilakukan di Singapura. Pada ulang tahunnya ke-30, Merry membuat resolusi baru, yaitu memberi dampak positif pada satu juta orang di Asia, terutama di tanah kelahirannya, Indonesia.
Mimpi itu terwujud. Hanya setahun setelah dia bekerja, tepatnya di usia 23 tahun, Merry sudah berpenghasilan 220.000 dollar Singapura. Kira-kira sekitar Rp 1,5 miliar dengan nilai tukar saat ini. Setahun berikutnya, yaitu pada tahun 2004, dia mendirikan perusahaan Merry Riana Organization (MRO). Dua tahun berikutnya di usia 26 tahun, penghasilan totalnya mencapai 1 juta dollar Singapura -sekitar Rp 7 miliar.
Popularitas Merry melesat. Dia banyak diberitakan media massa di Singapura sebagai miliarder di usia muda. Lho, Singapura?
Meski lahir di Jakarta dari orangtua yang warga Indonesia, Merry mengawali karier sebagai konsultan keuangan, pengusaha, dan menjadi motivator di Singapura. Sejak lulus SMA, anak pertama dari tiga bersaudara ini ”mengungsi” ke Negeri Singa.
Ketika bertemu di Central Park, Jakarta, Minggu (10/7/2011)lalu, beberapa jam sebelum kembali ke Singapura, Merry bercerita sambil mengingat kembali perjalanan hidupnya. Pekan lalu, selama tiga hari, Merry ada di Indonesia untuk menjadi pembicara atas undangan sebuah perusahaan di Semarang, Jawa Tengah.
”Ya, sudah lama juga saya di Singapura. Meski rencana kembali ke Indonesia belum terlaksana, setidaknya pada tahun ini saya lebih sering datang ke Indonesia karena lebih banyak kegiatan yang dilaksanakan di sini,” kata Merry.
Kerusuhan 1998
Perjalanan hidup Merry di Singapura berawal ketika terjadi kerusuhan besar di Jakarta tahun 1998. Cita-cita untuk kuliah di Jurusan Teknik Elektro Universitas Trisakti buyar karena kejadian tersebut. Orangtua Merry kemudian memutuskan mengirimkan putrinya ke Singapura dengan alasan keselamatan.
”Waktu itu rasanya seperti ada dalam film perang. Saya diminta pergi agar saya selamat,” kata Merry merasakan kesedihan yang terjadi 13 tahun lalu.
Tanpa persiapan yang memadai untuk kuliah di luar negeri, Merry sempat gagal dalam tes bahasa Inggris di Nanyang Technological University. Tanpa persiapan bekal dana yang memadai pula, Merry meminjam dana dari Pemerintah Singapura. Tak hanya untuk biaya kuliah, tetapi juga untuk hidup sehari-hari. ”Utang saya totalnya 40.000 dollar Singapura,” kata Merry.
Dengan uang saku hanya 10 dollar per minggu, hidupnya harus superhemat. Untuk makan, misalnya, Merry lebih sering makan roti atau mi instan, atau bahkan berpuasa.
Ketika menyadari hidupnya tak berubah meski sudah memasuki tahun kedua kuliah, Merry mulai membangun mimpi. ”Saya membuat resolusi ketika ulang tahun ke-20. Saya harus punya kebebasan finansial sebelum usia 30. Dengan kata lain, harus jadi orang sukses. The lowest point in my life membuat saya ingin mewujudkan mimpi tersebut,” ujar Merry.
Meski sudah ada mimpi dan didukung semangat, Merry belum menentukan cara mewujudkannya. Pikirannya baru terbuka setelah magang di perusahaan produsen semikonduktor.
Dari pengalaman ini, Merry melakukan hitung-hitungan, seandainya dia menjadi karyawan perusahaan seusai kuliah. ”Dari perhitungan tersebut, ternyata saya baru bisa melunasi utang dalam waktu 10 tahun, tanpa tabungan. Kalau begitu caranya, mimpi saya tak akan terwujud,” kata Merry yang akhirnya memutuskan memilih jalan berwirausaha untuk mencapai mimpinya.
Karena tak punya latar belakang pendidikan dan pengalaman bisnis, Merry mengumpulkan informasi dengan mengikuti berbagai seminar dan melibatkan diri dalam organisasi kemahasiswaan yang berhubungan dengan dunia bisnis. Merry juga mencoba praktik dengan terjun ke multi level marketing meski akhirnya rugi 200 dollar.
Merry bahkan pernah kehilangan 10.000 dollar ketika memutar uangnya di bisnis saham. Mentalnya sempat jatuh meski dalam kondisi tersebut masih bisa menyelesaikan kuliah.
Tamat kuliah, barulah Merry mempersiapkan diri dengan matang. Belajar dari pengalaman para pengusaha sukses, dia memulai dari sektor penjualan di bidang jasa keuangan. Kerja kerasnya menjual berbagai produk keuangan, seperti tabungan, asuransi, dan kartu kredit, hingga 14 jam sehari mulai membuahkan hasil. Dalam waktu enam bulan setelah bekerja, Merry bisa melunasi utang pada Pemerintah Singapura. Tunai!
Kesuksesan lain pun datang. Karena kinerjanya, Merry bisa membentuk tim sendiri hingga akhirnya mendirikan MRO. Dengan penghasilan total 1 juta dollar Singapura di usia 26 tahun, ambisi Merry saat berusia 20 tahun terwujud.
Berbagi
Namun, seiring usia yang kian dewasa, menghasilkan uang hingga jutaan dollar bukan menjadi satu-satunya tujuan hidup Merry. Pengagum Oprah Winfrey ini lebih menikmati hidup ketika orang lain memperoleh kesuksesan seperti dia.
Pengalaman meraih sukses dibagikan kepada orang lain dengan berbagai cara, seperti menjadi pembicara di seminar, perusahaan, sekolah, serta melalui media seperti jejaring sosial, media massa, dan menulis buku.
Bersama timnya di MRO, Merry memiliki program pemberdayaan perempuan dan anak-anak muda. Anggota timnya di lembaga ini bahkan tergolong muda, berusia 20-30 tahun. ”Saya ingin menampung orang muda yang punya ambisi dan semangat seperti saya,” katanya.
Keinginannya untuk berbagi ini tak hanya dilakukan di Singapura. Pada ulang tahunnya ke-30, Merry membuat resolusi baru, yaitu memberi dampak positif pada satu juta orang di Asia, terutama di tanah kelahirannya, Indonesia.
Seperti MacGyver
Merry, yang sukses di bidang jasa keuangan dan kian sibuk dengan kegiatannya menjadi motivator, pernah punya cita-cita lain. Sewaktu kecil, anak sulung dari Suanto Sosrosaputro (62) dan Lynda Sanian (62) ini pernah punya keinginan untuk menjadi seperti sang ayah yang seorang insinyur elektro.
”Waktu kecil, kalau ditanya mau jadi apa, saya selalu jawab ingin seperti papa. Saya senang melihat papa mengutak-atik peralatan elektronik, seperti MacGyver,” kata Merry.
Cita-cita ini bahkan melekat hingga lulus SMA. Merry kuliah di Jurusan Teknik Elektro Nanyang Technological University setelah sebelumnya bercita-cita kuliah dengan jurusan yang sama di Universitas Trisakti.
Namun, perjalanan hidup Merry berubah. Meski bisa meraih gelar insinyur dalam waktu empat tahun, ilmu elektro yang dikuasainya tak terpakai dalam kariernya.
”Paling-paling dipakai di rumah. Kalau TV atau kulkas rusak, saya masih bisa memperbaiki, he-he-he. Tetapi, bukan berarti kuliah saya tak berguna. Semua proses yang saya jalani selama kuliah, telah membawa saya menjadi seperti sekarang ini,” kata Merry.
• Nama: Merry Riana
• Tempat tanggal lahir: Jakarta, 29 Mei 1980
• Nama suami: Alva Tjenderasa (31)
• Nama anak: Alvernia Mary Liu (2,5)
• Pendidikan: S-1 Teknik Elektro Nanyang Technological University, Singapura (1998-2002)
• Pekerjaan: Group Director Merry Riana Organization
• Penghargaan:
- Salah satu pengusaha terbaik di Singapura dari Menteri Perdagangan dan Perindustrian Singapura (2008)
- Salah satu wanita paling sukses dan inspiratif dari Menteri Kepemudaan dan Olahraga Singapura (2010)
- Wanita paling inspiratif pada salah satu majalah bulanan
Merry, yang sukses di bidang jasa keuangan dan kian sibuk dengan kegiatannya menjadi motivator, pernah punya cita-cita lain. Sewaktu kecil, anak sulung dari Suanto Sosrosaputro (62) dan Lynda Sanian (62) ini pernah punya keinginan untuk menjadi seperti sang ayah yang seorang insinyur elektro.
”Waktu kecil, kalau ditanya mau jadi apa, saya selalu jawab ingin seperti papa. Saya senang melihat papa mengutak-atik peralatan elektronik, seperti MacGyver,” kata Merry.
Cita-cita ini bahkan melekat hingga lulus SMA. Merry kuliah di Jurusan Teknik Elektro Nanyang Technological University setelah sebelumnya bercita-cita kuliah dengan jurusan yang sama di Universitas Trisakti.
Namun, perjalanan hidup Merry berubah. Meski bisa meraih gelar insinyur dalam waktu empat tahun, ilmu elektro yang dikuasainya tak terpakai dalam kariernya.
”Paling-paling dipakai di rumah. Kalau TV atau kulkas rusak, saya masih bisa memperbaiki, he-he-he. Tetapi, bukan berarti kuliah saya tak berguna. Semua proses yang saya jalani selama kuliah, telah membawa saya menjadi seperti sekarang ini,” kata Merry.
• Nama: Merry Riana
• Tempat tanggal lahir: Jakarta, 29 Mei 1980
• Nama suami: Alva Tjenderasa (31)
• Nama anak: Alvernia Mary Liu (2,5)
• Pendidikan: S-1 Teknik Elektro Nanyang Technological University, Singapura (1998-2002)
• Pekerjaan: Group Director Merry Riana Organization
• Penghargaan:
- Salah satu pengusaha terbaik di Singapura dari Menteri Perdagangan dan Perindustrian Singapura (2008)
- Salah satu wanita paling sukses dan inspiratif dari Menteri Kepemudaan dan Olahraga Singapura (2010)
- Wanita paling inspiratif pada salah satu majalah bulanan
Inspirational
Woman Magazine(2011)- Salah satu eksekutif paling profesional dari penampilan dan keahlian berkomunikasi dari surat kabar My Paper, Singapura (2010)
- Duta LG Asia, Watson, dan
Canon
(2010-2011)Kata-kata Motivasi dari Merry Riana
- Berpikir positif adalah pekerjaan yang mudah, yang Anda perlukan hanyalah ‘jangan berpikir negatif’.
- Hidup ini seperti mengendarai sepeda. Kita akan melaju terus, selama kita masih mengayuh pedalnya.
- Berubahlah sebelum perubahan itu yang akan memaksa Anda.
- Hidup mungkin penuh dengan masalah. Tapi selama kamu memberikan yang terbaik & terus berdoa, segalanya akan indah pada waktunya.
- Berikan senyuman termanismu walau saat terpedih di hatimu, setidaknya kamu masih bisa membahagiakan orang-orang di sekitarmu.
- Lakukan kebaikan dan kebaikan-Nya pun akan semakin terasa.
- Jangan hanya puas jadi penonton dan komentator. Jadilah sutradara dan pemain.
- KESEMPATAN sudah menunggu lama di depan kita. Cepat bergerak, sebelum orang lain datang menjemputnya.
- Kenikmatan & penderitaan hanya sementara. Jangan terhanyut oleh kenikmatan sementara jangan menyerah karena penderitaan sementara.
- Jika kita menunggu sampai semua keadaan sudah sempurna baru kita mengambil tindakan, mungkin kesempatannya sudah hilang.
- Jika kita bersalah pada orang lain akui kesalahan dan minta maaf. Jika orang lain bersalah pada kita: dengar dan maafkan.
- Jangan meremehkan hal-hal kecil. Hal-hal besar hanya bisa tercapai dengan mencapai hal-hal kecil itu terlebih dahulu.
Sumber : okezone.com , kompas.com , kolom.biografi.blogspot.com
0 komentar:
Posting Komentar