Bayangkan ketika suatu saat Anda tak perlu lagi mengeluarkan kartu kredit atau uang untuk membayar barang yang Anda beli. Cukup tunjukkan telapak tangan dan transaksi pun berlangsung. Atau menyetir mobil sembari membaca buku dan memakan salad yang benar-benar steril lantaran ditanam di dalam laboratorium. Ini hanya sebagian kecil dari kehidupan pada masa mendatang yang menjadi fokus perhatian Fujitsu dalam mengembangkan teknologi masa depan.
“Kami ingin terus berinovasi dan berekspansi di Eropa maupun negara-negara berkembang,” kata Masami Yamamoto, Presiden Fujitsu Limited, dalam acara roundtable bersama beberapa jurnalis dari berbagai negara, termasuk Tempo, pada hari kedua Fujitsu Forum 2014, acara pameran teknologi tahunan terbesar perusahaan tersebut yang digelar di gedung Tokyo International Forum, Tokyo, Jepang, 15-16 Mei lalu.
Setelah sukses menciptakan Supercomputer K, komputer tercepat di dunia saat ini, Fujitsu kini mencoba menghadapi tiga tantangan utama dalam dunia digital: Big Data (gelombang informasi besar yang kerap terlupakan), Komputasi Awan, dan Human Centric Intelligent Society—sebuah kehidupan masa depan yang lebih baik, di mana masyarakat dapat merasakan kedamaian dan keamanan dengan menerapkan teknologi informasi dan komunikasi dalam berbagai aspek kehidupan.
Itulah gambaran kehidupan pada masa depan yang sudah di depan mata, dari perubahan orientasi perusahaan, ekosistem digital, hingga dunia yang saling terhubung berbasis teknologi informasi dan komunikasi. “Itulah perubahan radikal dari kehidupan yang segera harus kita hadapi,” ucap Yamamoto.
Lebih dari itu, analis asal Amerika Serikat, Vernon Turner, mengatakan pada 2020 dunia akan disesaki oleh sekitar 30 miliar (ada pula yang menaksir sekitar 50 miliar) perangkat digital yang saling terhubung. Itu sebabnya, sejak sekarang membentuk masyarakat cerdas perlu segera dilakukan. Pada 2030, dunia akan dihuni oleh sekitar 8 miliar orang, 60 persen di antaranya berada di perkotaan, seperti prediksi yang dilakukan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Ketika berbagai perangkat digital saling terhubung dan berbagi, nilai baru dalam masyarakat terbentuk. “Saat itu terjadi, merek perusahaan tak lagi bisa hanya bergantung pada satu produk,” kata Yamamoto. “Benar bahwa menempelkan logo perusahaan di sebuah ponsel pintar, misalnya, merupakan interaksi komunikasi langsung dengan konsumen. Tapi, di dunia saling terhubung, perangkat keras tak bisa lagi berdiri sendiri dan harus ditopang oleh perangkat lunak. Ini menjadi sangat penting untuk membangun sebuah masyarakat baru.”
Contohnya, bila ada orang yang terluka akibat kecelakaan lalu-lintas. Dalam satu masyarakat yang terhubung dengan pusat data, petugas penolong, ambulans, polisi, dan dokter memiliki akses ke database secara real-time. Mereka dengan cepat mengetahui bagaimana kondisi lalu lintas di tempat kejadian, gejala apa yang dialami pasien, rumah sakit mana yang memiliki peralatan medis paling memadai untuk kasus ini, dan sebagainya. Tujuannya tentu untuk memangkas waktu agar tak terbuang percuma, juga biaya, dan terutama dalam memberi layanan terbaik untuk menyelamatkan nyawa korban. Itu hanyalah contoh bagaimana teknologi diterapkan dalam satu aspek kehidupan.
Teknologi Tepat Guna
Pada masa depan, Fujitsu juga menyiapkan teknologi yang belum terbayangkan saat ini, seperti mobil yang dilengkapi dengan kamera di sekitarnya dan komputer untuk mencegah terjadinya kecelakaan atau memudahkan pengendara dalam mengakses data lalu-lintas. Berkat terpasangnya kamera tersebut pengendara dapat dengan mudah mengetahui kondisi di sekeliling kendaraan, persis seperti yang dilakukan oleh Google dalam konsep mobil pintarnya.
Dalam bidang teknologi informatika, di mana Fujitsu adalah terdepan di Jepang dan kedua di dunia dalam hal pendapatan setelah IBM, salah satu teknologi yang sedang dalam tahap uji coba adalah autentikasi melalui pembuluh darah di telapak tangan. Jika saat ini mesin presensi mampu mengenali identitas seseorang melalui sidik jari, teknologi yang sedang dikembangkan Fujitsu adalah mengenali identitas seseorang lewat pembuluh darah di telapak tangan.
Hal tersebut dimungkinkan berkat pengembangan microchip mini berdiameter 5 milimeter. Yang menarik, identifikasi itu bisa dilakukan hanya dalam dua detik dari 10 juta databaseyang terekam. “Jadi, diri kita adalah identitas kita. Tak perlu lagi membawa kartu kredit atau kartu identitas kita setiap keluar rumah,” kata Masayuki Kato, Kepala Strategi Riset dan Pengembangan Serta Perencanaan di Fujitsu Laboratorium.
Selain itu, ada pula teknologi yang berguna untuk para orang tua yang disebut dengan tongkat ultratech. Tongkat pintar ini selain bisa menunjukkan arah karena dilengkapi dengan layar LCD, juga dapat memonitor kondisi kesehatan pengguna serta perilaku kebiasaannya. Ada juga kalung pintar untuk binatang piaraan. Kalung ini sangat berguna untuk memantau kondisi kesehatan binatang piaraan. “Kalung ini sudah dijual untuk umum, tapi hanya bisa dikenakan pada anjing,” ucap Kato.
Teknologi masa depan lainnya yang menarik adalah pendeteksi mata orang. Sensor yang cukup sensitif dapat membaca arah mata orang ketika berbelanja di supermarket. Informasi yang didapat lalu direkam. Informasi itu berupa seberapa lama orang tersebut menatap barang yang diinginkan dan barang apa saja yang dibeli. Informasi tersebut sangat berguna untuk menentukan strategi pemasaran tentang barang apa saja yang menjadi incaran konsumen.
Selain itu, teknologi ini dapat mencatat kebiasaan dan perilaku konsumen dan disimpan dalam database. Ketika orang tersebut masuk ke sebuah toko, layar di depan pintu akan menampilkan promosi barang-barang yang sering ia beli di toko tersebut. Informasi yang ditampilkan akan berbeda untuk setiap pengunjung, sesuai dengan data yang sudah terekam sebelumnya.
Semua itu tak akan bisa terjadi tanpa adanya Big Data. “Kami sadar apa yang menjadi perhatian orang-orang, terutama privasi,” kata Yamamoto. “Tapi masa depan adalah seperti itu. Anda akan membagi hampir semua informasi yang ada. Bila perusahaan ingin tetap bersaing pada masa mendatang, mereka harus fokus pada hal seperti ini. Dan kami di Fujitsu ingin menempatkan manusia sebagai pusat inovasi teknologi tersebut.
Sumber : tempo
- Blogger Comment
- Facebook Comment
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
0 komentar:
Posting Komentar