Sejumlah langkah Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti, yang mulai fokus membenahi sektor perikanan tangkap menjadi harapan baru bagi para nelayan Tanah Air. Namun, terobosan yang dilakukan Menteri Susi tersebut hendaknya tidak terhenti pada sektor perikanan tangkap saja, dan mulai merambah ke sektor budidaya termasuk ikan hias.
Apalagi selama ini pasar ikan hias di Indonesia belum mampu bersaing dengan negara tetangga seperti Singapura. Padahal saat ini Indonesia memiliki luas wilayah yang lebih besar dibanding Singapura. Berdasarkan data Kementerian Kelautan dan Perikanan, posisi perdagangan ikan hias dunia masih dikuasai Singapura di posisi pertama, disusul Jepang, Spayol, dan posisi keempat ditempati Indonesia.
Untuk menyusul ketertinggalan dari negara tetangga, sejumlah pengusaha sudah berulang kali menyelenggarakan pameran berskala internasional bertajuk "Indonesia Pets Plants Aquatic Expo (IPPAE) di Jakarta. Namun hingga lima kali digelar, posisi perdagangan ikan hias Indonesia masih belum beranjak dari posisi empat dunia.
Herjanto Kosasih, Ketua umum IPPAE, akhirnya menjabarkan kendala perkembangan budidaya ikan hias di Indonesia selama ini. Salah satu hal yang harus digarisbawahi yaitu kurangnya peran pemerintah dalam perkembangan budidaya ikan hias. Salah satu buktinya yaitu, gelaran pameran ikan hias yang selama ini menjadi agenda Kementerian Kelautan dan Perikanan hanya menjadi rutinitas semata dan tidak ada output yang signifikan.
"Jika pemerintah serius ingin membesarkan perkembangan ikan hias. Cuma tiga kuncinya. Pendanaan, promosi, dan tempat pameran yang lebih besar. Sebab selama ini, pameran ikan hias hanya digelar di WTC Mangga Dua. Seharusnya kita bisa dapat tempat yang lebih besar seperti di JI Expo Kemayoran," ujarnya kepada wartawan, akhir pekan lalu.
Bukan tanpa alasan Herjanto menginginkan lokasi yang lebih besar untuk pameran tersebut. Pasalnya, WTC Mangga Dua dianggap sudah tidak mengakomodasi 17 komunitas yang ambil bagian dalam pameran tersebut. "Singapura punya Aquarama yang luasnya tiga kali lapangan sepakbola. Sementara Indonesia punya WTC Mangga Dua, itu pun gratis tempatnya."
Herjanto mengatakan, sebenarnya sudah ada harapan ketika Fadel Muhammad (Menteri Kelautan dan Perikanan 2009-2011) sempat menyambangi event IPPAE ke-3. Dia sempat berjanji bakal mengakomodasi permintaan pengusaha ikan hias agar sektor tersebut bisa lebih bergairah dan mampu bersaing dengan asing terutama Singapura. Namun, ketika Fadel diganti, harapan tersebut kandas kembali.
"Salah satu janji Fadel yaitu menempatkan pameran ikan hias di lokasi yang lebih besar dan bukan di WTC. Tapi karena Fadel diganti, ya sudah mau diapakan lagi. Ini sudah enam kali penyelenggaraan dan ada output. Kami akui memang kekurangan fasilitas dan pendanaan. Pengusaha ikan hias jadi anak tiri di negeri sendiri," ujarnya.
Herjanto meminta pemerintah bisa lebih memperhatikan budidaya ikan hias yang selama ini pasarnya mulai tergerus penyelundupan dan pengakuan dari negara lain. "Untuk langkah awal, pameran berikutnya kami minta lokasi yang lebih besar seperti di JI Expo, Kemayoran."
Maman Hermawan Direktur Pengembangan Produk Nonkonsumsi Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan KKP, membantah jika selama ini pemerintah tidak fokus memperhatikan budidaya ikan hias di Indonesia. Maman berdalih, pemerintah saat ini punya prioritas dan program kerja yang harus dijalankan.
"Tapi jangan khawatir, Ibu Menteri (Susi Pudjiastuti) sudah memasukkan strategi pemasaran ikan hias Indonesia untuk lima tahun ke depan," katanya.
Maman menuturkan, strategi tersebut sudah tertuang dalam roadmap selama lima tahun. Sejumlah strategi pengembangan tersebut termasuk peningkatan nilai perdagangan, deregulasi, regulasi, fasilitasi, dan infrastruktur.
0 komentar:
Posting Komentar